Posted by : Unknown
Jumat, 30 Agustus 2013
Kaset Qur'an dan konspirasi Yahudi
Pada tahun 1986 seorang ulama di Bima
mengeluh kepada peneliti dari LIPI tentang keberadaan kaset rekaman
bacaan Al Qur'an yang dijual di mana-mana. "Sekarang semakin banyak
orang puas dengan menyetel kaset saja, mereka tidak berminat lagi untuk
belajar qira'ah Al Qur'an sendiri." Berbagai teknologi baru, menurut
hematnya, sangat membahayakan agama Islam. Ia mencurigai gejala ini
berkaitan dengan konspirasi Yahudi-Zionis untuk menghancurkan Islam.
Dalam ceramah-ceramahnya, ia sering menyinggung ancaman-ancaman Yahudi
terhadap Islam. Ulama yang pernah bermukim di Makkah selama beberapa
tahun ini, menceritakan kepada peneliti tadi bahwa ia banyak tahu
tentang tipu daya Yahudi itu dari majalah-majalah yang diterimanya dari
Rabithah Al-`Alam Al-Islami (Al-Rabithah dan Muslim World News); selain
mengutip pula buku yang bernada ancaman terhadap kemajuan dan
perkembangan Islam di dunia seperti Al-Maka'id al-Yahudiyah dan Rencana
Yahudi terhadap Penghancuran Islam. Ketika peneliti bertanya gejala apa
di Indonesia yang dianggapnya sebagai aktivitas Yahudi-Zionis,
ditudingnya organisasi-organisasi seperti Lions Club .
Yahudi sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional
Kasus ulama Bima di atas mengejutkan
saya karena merupakan pertemuan pertama saya dengan semangat anti-Yahudi
yang bukan anti-Israel saja di Indonesia. Di Bima, tentu saja, tidak
ada orang Yahudi, dan andaikata terdapat Lions Club pun pastilah bukan
mereka yang mengedarkan kaset Muammar Z dan qari-qari lainnya. Mengapa
ungkapan keprihatinan sang ulama mengaitkannya dengan Yahudi? Ternyata
ia tidak sendirian; beberapa tahun terakhir kian sering kita menjumpai
kata "Yahudi" dipakai sebagai julukan negatif bagi perkembangan,
pemikiran atau sikap yang dianggap membahayakan umat Islam. "Yahudi"
telah menjadi simbol dari sesuatu yang tak mudah diungkapkan secara
eksplisit. Yang dimaksudkan, agaknya, bukan agama Yahudi, dan bukan juga
kebijaksanaan resmi pemerintah Israel atau pun kelompok Zionis ekstrim,
melainkan sesuatu yang lebih abstrak dan tersembunyi.
Ada dua hal menarik berkenaan dengan
munculnya Yahudi sebagai simbol dalam wacana Islam di Indonesia.
Pertama, Yahudi seringkali disebut dalam konteks kekhawatiran tentang
adanya konspirasi untuk menghancurkan Islam. Banyak aspek proses
modernisasi, berikut sekularisasi dan rasionalisasi, pergeseran
nilai-nilai tradisional, globalisasi ekonomi dan budaya, individualisme
dan hedonisme dilihat sebagai hasil rekayasa, bukan proses yang berdiri
sendiri. Semua perkembangan barusan diduga kuat telah direncanakan dan
dilaksanakan oleh persekongkolan yang memusuhi Islam dan ingin
menghancurkannya. Konspirasi rahasia tersebut diidentikkan dengan Yahudi
dan Zionis; tetapi setiap orang yang dianggap berjasa demi tujuan
persekongkolan tersebut, walaupun agama dan kebangsaannya berbeda, bisa
saja dijuluk Yahudi.
Kedua, teori-teori konspirasi dan
kecenderungan untuk mengkambinghitamkan Yahudi tentu saja tidak lahir di
Indonesia melainkan berasal dari negara-negara Arab - utamanya Arab
Saudi, Kuwait dan Mesir. Menyembulnya kebencian kebanyakan orang Arab
saat ini kepada orang Yahudi tak bisa dilepaskan dari masalah Palestina.
Keprihatinan tentang Zionisme Israel sangat wajar. Meski di sini perlu
ditambahkan, kepercayaan akan adanya konspirasi Yahudi untuk
menghancurkan Islam dan menguasai seluruh dunia bukan hanya reaksi
terhadap eksistensi Israel saja, dan sesungguhnya juga disebabkan
penyebaran antisemitisme Barat ke negara-negara Arab.
Sumber yang seringkali menjadi rujukan,
yaitu Al-Maka`id Al-Yahudiyah alias Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion
alias Ayat-Ayat Setan Yahudi, merupakan hasil fabrikasi beberapa orang
anti-Yahudi Rusia dan kemudian dipergunakan sebagai alat propaganda oleh
Nazi Jerman. Buku inilah yang pernah merupakan legitimasi utama bagi
pembunuhan massal terhadap orang Yahudi oleh Nazi Jerman.
Protokol-protokol konon terdiri dari notulen pemerintah rahasia Yahudi
tentang strategi mereka untuk menguasai dunia, melalui kapitalisme
maupun komunisme, demokrasi maupun kediktatoran, revolusi maupun
liberalisasi ekonomi. Pada dasawarsa 1950-an edisi Arabnya terbit, dan
belakangan beberapa kali diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Editor-editor Indonesianya tampaknya tidak menyadari bahwa buku ini
bukan dokumen sejarah benar melainkan pemalsuan oleh kalangan
antisemitis.
Related Posts :
- Back to Home »
- AGAMA »
- YAHUDI SEBAGAI SIMBOL DALAM WACANA ISLAM INDONESIA MASA KINI